Siraman adalah upacara adat Jawa yang dilakukan sehari sebelum pernikahan untuk membersihkan secara fisik dan batin calon pengantin. Prosesnya melibatkan pemandian calon pengantin dengan air bunga dari tujuh sumber yang berbeda, sebagai simbol penyucian dan harapan akan keberkahan. Ritual ini tidak hanya menyucikan, tetapi juga memiliki makna spiritual mendalam untuk mempersiapkan calon pengantin mengawali kehidupan baru.
Makna dan tujuan
- Penyucian lahir dan batin: Tujuan utamanya adalah membersihkan diri dari hal-hal negatif, baik secara fisik maupun mental, sebelum menikah.
- Memperoleh keberkahan: Air siraman yang diambil dari tujuh sumber berbeda melambangkan harapan agar calon pengantin mendapat keberkahan dari berbagai arah.
- Menerima restu: Upacara ini merupakan simbol restu dan dukungan dari orang tua serta keluarga dekat yang terlibat dalam prosesi.
- Memulai kehidupan baru: Siraman merupakan bagian dari persiapan untuk memulai lembaran baru sebagai pasangan suami istri.
Prosesi dan perlengkapan
- Sungkem: Dimulai dengan calon pengantin memohon doa restu kepada orang tua.
- Air siraman: Air ini dicampur dengan berbagai macam bunga, seperti melati, mawar, dan kenanga, yang memiliki makna simbolis tersendiri.
- Tujuh sumber air: Secara tradisional, air diambil dari tujuh sumber yang berbeda, seperti air sungai yang bertemu, mata air keraton, atau sumber air tua, untuk melambangkan kehidupan yang dinamis dan saling menolong.
- Gayung dari tempurung kelapa: Alat ini digunakan untuk menyirami calon pengantin, dengan makna bahwa calon pengantin siap secara lahir batin.
- Kelapa muda: Dua buah kelapa muda diikat sabutnya dan diletakkan di atas air siraman, melambangkan kebersamaan hingga akhir hayat.
- Pecah kendi: Melambangkan calon pengantin siap untuk membina rumah tangga.
- Bahan lain: Terdapat juga bahan lain seperti lulur tepung beras dan kain batik dengan motif tertentu yang memiliki makna filosofisnya sendiri.


Terima kasih atas kesan dan pesan Anda